Kenaikan Suku Bunga/Fed Rate bisa mundur lagi
Rabu, 29 April 2015 | 09:51 WIB
WASHINGTON. Penguatan nilai tukar dollar Amerika Serikat (AS) turut berpengaruh pada kenaikan suku bunga acuan The Federal Reserve alias Fed rate. Pasalnya, kurs dollar AS yang terus menguat, ditambah dengan cuaca dingin menekan laju pertumbuhan ekonomi kuartal pertama.
Tapi, laju pertumbuhan ekonomi AS yang cenderung lemah di kuartal pertama memicu para ekonom dan analis memundurkan ramalan kenaikan Fed rate menjadi September alias akhir kuartal ketiga. Awalnya, banyak ekonom meramal kenaikan suku bunga akan terjadi pada akhir kuartal kedua.
Thomas Costerg, ekonom senior Standard Chartered Bank di New York bilang, Federal Open Market Committee akan menunggu pembalikan arah di kuartal kedua ini sebelum mengerek suku bunga acuan. "Ada kekhawatiran, pengaruh kuatnya dollar dan penurunan investasi minyak akan berlanjut," kata Costerg kepada Bloomberg.
Sebanyak 73% dari 59 ekonom yang disurvei Bloomberg mengatakan, kenaikan suku bunga acuan akan terjadi bulan September 2015. Persentase ini naik dari 37% pada survei bulan Maret lalu. Pada survei bulan lalu, sebagian besar ekonom meramal kenaikan suku bunga akan terjadi pada Juni atau Juli.
Survei terpisah menyebut, pertumbuhan ekonomi AS kuartal pertama hanya akan mencapai 1% secara tahunan, turun dari 2,2% pada kuartal sebelumnya. Alasannya, penurunan investasi sektor energi yang dipicu oleh merosotnya harga minyak. Pemerintah AS akan mengumumkan data pertumbuhan ekonomi pada Rabu pagi (29/4) waktu setempat.
Pangkas prediksi
Bulan lalu, beberapa bank investasi memangkas prediksi pertumbuhan ekonomi AS kuartal pertama. JPMorgan menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi AS kuartal pertama dari 2% menjadi 1,5%. Sedangkan, Morgan Stanley menurunkan prediksi dari 2% menjadi 1,8%.
Data terbaru yang muncul yakni aktivitas sektor jasa bulan April 2015 menurun untuk pertama kalinya sejak Desember. Ini menunjukkan bahwa lemahnya pertumbuhan ekonomi AS masih berlanjut usai kuartal pertama.
The Fed tidak akan menggelar konferensi pers atau menyediakan prediksi usai pertemuan dua hari yang rampung Rabu ini. Para analis pun meramal tidak banyak perubahaan kebijakan setelah data ekonomi yang menurun.
Bank Sentral AS menahan suku bunga hampir 0% sejak Desember 2008. Kalau ramalan para ekonom benar, maka September 2015 akan merupakan kenaikan suku bunga Fed Rate untuk pertama kali sejak Juni 2006.
Laura Rosner, ekonom BNP Paribas mengatakan, The Fed saat ini lebih cenderung mengutamakan data sebelum mengambil keputusan. "Fokus bank sentral adalah kinerja ekonomi," kata Rosner.
Para ekonom ini juga memperkirakan bahwa Bank Sentral AS akan menunggu tingkat pengangguran AS di bawah 5% sebelum menaikkan suku bunga. Saat ini, tingkat pengangguran AS masih bertahan di level 5,5%.
Data lain yang ditunggu adalah inflasi. The Fed menargetkan inflasi 2%. Tapi, dalam 34 bulan berturut-turut, inflasi AS terus berada di bawah level tersebut. Sebanyak 90% ekonom memperkirakan, inflasi akan terus berada di bawah 2% hingga setidaknya kuartal pertama 2016.
Editor: Hendra Gunawan
Sumber: Bloomberg