Raja Ampat-Papua Barat adalah kepulauan yang eksotik milik nusantara. Raja
Ampat tak hanya memiliki panorama alam bawah laut yang kaya dan
indah.Tapi juga memiliki beragam karya seni-budaya yang unik. Ada banyak
nilai-nilai leluhur, seni dan budaya Raja Ampat yang tetap diwariskan
dan dilestarikan dalam kehidupan mereka sehari-hari hingga saat ini.
Sejumlah penelitian lingkungan dan kelautan yang dilakukan pelbagai lembaga internasional mengungkapkan bahwa perairan di kawasan “kepala burung” Papua ini adalah kawasan yang kaya akan terumbu karang spesies ikan. Bahkan wilayah ini ditetapkan sebagai kawasan jantung segitiga terumbu karang dunia.
Namun, bagi saya, Raja Ampat lebih dari itu. Raja Ampat tak sekadar poros segitiga karang dunia; surga bagi pecinta rekreasi bawah laut. Raja Ampat juga tempat bagi pecinta karya seni budaya Nusantara. Ada banyak nilai-nilai leluhur atau kearifan lokal masyarakat adat yang tetap mereka lestarikan dan ekspresikan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Mulai dari berpakaian, membangun tempat tinggal, mengelola dan melestarikan alamnya, dan merayakan kebersamaan dalam kebahagiaan.
Setiap musik, syair, tarian dan lukisan masyarakat adat Raja Ampat, Papua Barat ini pun sangat menarik untuk dikaji. Lukisan dan gerak tubuh serta iringan musik mereka bukan sekadar pertunjukan tanpa makna. Mereka menari bersama alam, menyanyi bersama alam, dan hidup pun selalu berdampingan dengan alam. Sehingga apa yang mereka ekspresikan dalam bentuk tari, syair, lukisan memiliki hubungan alam sekitarnya dan hubungan dengan leluhur nenek moyang dan sang pencipta.
Siapa pun yang pernah menjejakkan kaki di Raja Ampat tak hanya berdecak dengan keeksotisan alamnya, namun juga tertarik menyelami nilai-nilai budaya yang masih mistis, yang mengajarkan kebersahajaan kepada kita dan meneguhkan kesadaran kita bahwa Papua adalah Kepulauan “Kayangan” yang menyimpan nilai-nilai luhur namun pelan-pelan terlupakan.
Jepretan kamera Endro Gunawan, Bary Kusama dan dr. Andika ini merupakan gambaran kekayaan alam dan budaya Raja Ampat yang terus tetap dijaga dan dilestarikan masyarakat Raja Ampat hingga kini. Zaman memang boleh berubah, tetapi “kitorang punya laut, hutan dan seni budaya perlu dijaga dan dilestarikan untuk kepentingan kitorang dan anak cucu nanti.”
Author: Ayu Arman
Sejumlah penelitian lingkungan dan kelautan yang dilakukan pelbagai lembaga internasional mengungkapkan bahwa perairan di kawasan “kepala burung” Papua ini adalah kawasan yang kaya akan terumbu karang spesies ikan. Bahkan wilayah ini ditetapkan sebagai kawasan jantung segitiga terumbu karang dunia.
Namun, bagi saya, Raja Ampat lebih dari itu. Raja Ampat tak sekadar poros segitiga karang dunia; surga bagi pecinta rekreasi bawah laut. Raja Ampat juga tempat bagi pecinta karya seni budaya Nusantara. Ada banyak nilai-nilai leluhur atau kearifan lokal masyarakat adat yang tetap mereka lestarikan dan ekspresikan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Mulai dari berpakaian, membangun tempat tinggal, mengelola dan melestarikan alamnya, dan merayakan kebersamaan dalam kebahagiaan.
Setiap musik, syair, tarian dan lukisan masyarakat adat Raja Ampat, Papua Barat ini pun sangat menarik untuk dikaji. Lukisan dan gerak tubuh serta iringan musik mereka bukan sekadar pertunjukan tanpa makna. Mereka menari bersama alam, menyanyi bersama alam, dan hidup pun selalu berdampingan dengan alam. Sehingga apa yang mereka ekspresikan dalam bentuk tari, syair, lukisan memiliki hubungan alam sekitarnya dan hubungan dengan leluhur nenek moyang dan sang pencipta.
Siapa pun yang pernah menjejakkan kaki di Raja Ampat tak hanya berdecak dengan keeksotisan alamnya, namun juga tertarik menyelami nilai-nilai budaya yang masih mistis, yang mengajarkan kebersahajaan kepada kita dan meneguhkan kesadaran kita bahwa Papua adalah Kepulauan “Kayangan” yang menyimpan nilai-nilai luhur namun pelan-pelan terlupakan.
Jepretan kamera Endro Gunawan, Bary Kusama dan dr. Andika ini merupakan gambaran kekayaan alam dan budaya Raja Ampat yang terus tetap dijaga dan dilestarikan masyarakat Raja Ampat hingga kini. Zaman memang boleh berubah, tetapi “kitorang punya laut, hutan dan seni budaya perlu dijaga dan dilestarikan untuk kepentingan kitorang dan anak cucu nanti.”
Add caption |